Resume
OSKM ITB 2013 – Jumat, 23 Agustus 2013Silvia Hikmawati
16613255
FTSL
Bismillahirrahmanirrahim
Hari keenam oskm kali ini diawali
dengan berkumpulnya mahasiswa baru di depan perpustakaan pusat ITB. Seperti
hari-hari sebelumnya, kita diminta berbaris dua banjar, lalu berlari menuju
lapangan sabuga. Dengan spek yang sudah kami rasa lengkap di dalam ransel, kami
berlari melewati panitia oskm dengan kaos bewarna biru (tim medis) dan hitam
(keamanan). Semua panitia berwajah serius. Setelah kami berkumpul bersama
kelompok dan berbaris, beberapa panitia oskm memperkenalkan diri mereka di atas
panggung. Mereka berbicara dan menanyai kami dengan tegas. Akhirnya, bagi yang
merasa fisiknya tidak mampu mengikuti oskm, diperintahkan untuk keluar barisan.
Semua mahasiswa baru yang memakai pita kuning, hijau, maupun merah keluar dari
barisan lalu membentuk barisan baru dibelakang. Pengecekan kelengkapan spek pun
dilaksanakan. Kami terkejut ketika disebutkan beberapa jenis spek yang tidak
ada dalam daftar spek sebelumnya yaitu kue nastar, garam beryodium, helm SNI,
sampai foto keluarga. Tetapi anehnya ada setidaknya empat orang yang membawa
spek tersebut. Panitia pun geram. Setelah beberapa lama meneriaki kami,
akhirnya suasana mulai tenang ketika panitia mengatakan kata-kata unik seperti ciyus. Tak disangka kegeraman yang
disebabkan tidak lengkapnya spek kami adalah skenario panitia. Hal yang lebih
tak disangka lagi, panitia mengajak kami senam pagi dengan lagu-lagu kekinian yang membuat kami tertawa… oh
leganya~
***
Setelah itu kami ditugaskan untuk membuat
tulisan #untukindonesia yang dapat
dibaca dari atas kolam renang.
Mengkoordinir
3600-an mahasiswa untuk membuat suatu formasi itu sangat tidak mudah. Kendala yang
dihadapi adalah karakter huruf yang jumlahnya cukup menantang… ada 15 buah. Belum
lagi kondisi lapangan yang berdebu ditambah silaunya matahari pagi yang
menyinari secara langsung. Para penanggung jawab setiap karakter berusaha keras
berteriak agar terdengar oleh tim. Kata #untuk
bewarna merah sedangkan kata Indonesia
berada di bawahnya bewarna putih. Kelompok saya mendapatkan bagian untuk
menjadi huruf O. Para taplok menyemangati kami dengan jargon-jargonnya. Kondisi
lapangan yang berdebu membuat baju kami kotor semua. Tetapi hal ini sangat
menyenangkan. Saya bangga dengan kerja keras ITB 2013. Saya merasa kami sangat
kompak dalam kerjasama pembuatan tugas ini. Pemimpinnya bertanggung jawab,
anggotanya pun mematuhi dan melaksanakan perintah dengan cepat. Alhamdulillah
tugas kami berhasil dilakukan. Kami juga membuat bodywave dari tulisan tersebut. Hasil karya kami diabadikan melalui
foto dan video.
***
Mulai deh
kata-kata perbesar langkahnya! Tempel depannya!
Hati-hati jalan tidak rata! merasuki telinga kami. Moving ke sabuga untuk mendengarkan seminar oskm… (baca :
kesempatan istirahat memejamkan mata).
Seminar
pertama adalah tentang K3L (keamanan, kesehatan, keselamatan, lingkungan). Jadi
tugas K3L itu ya sesuai dengan singkatannya. Misal tentang keamanan, jangan
pernah meninggalkan barang berharga walaupun sebentar contohnya ketika sedang
berwudhu tas berada di tempat solat. Pernah ada beberapa kasus tentang
kehilangan. Hal ini disebabkan kampus ITB mudah dimasuki orang-orang yang
menyamar jadi mahasiswa. Terkadang apabila ada seseorang yang mencurigakan,
petugas keamanan akan sedikit mengintrogasi. Mengenai keselamatan, dilarang
berjalan di tengah jalan beraspal. Disarankan berjalan di selasar atau
dipinggir jalan karena jalan-jalan besar di ITB digunakan untuk jalan kendaraan
pula. Tentang lingkungan, kita diharapkan tidak membawa kendaraan semisal mobil
untuk mengurangi kemacetan dan lahan parker yang sempit. Apabila membawa mobil,
tidak boleh parkir sembarangan. Sanksi-nya dapat berupa penggembokan ataupun
pemecahan ban.
***
Acara selanjutnya
adalah OHU! Di sesi ini, unit-unit yang ada di ITB mempromosikan diri mereka. Terdapat
80 lebih unit yang dikelompokan menjadi enam kelompok besar, yaitu agama,
keilmuwan, pendidikan, seni dan budaya, media, serta olahraga dan kesehatan. Jadi
bingung pilih yang mana >_<
***
Berikutnya,
kami mendengarkan paparan dari Menteri Perdagangan Republik Indonesia yang jago
main piano, Bapak Gita Wirjawan. Paparan ini didahului dengan cerita beliau
ketika mengantar timnas bulu tangkis Indonesia saat bertanding di China
baru-baru ini. Hasil adalah urusan tuhan, but
if you want it, you will get it. Jadi intinya kita harus tetap berusaha
semaksimal mungkin. Beliau bercerita tentang ekonomi di Indonesia yang
membutuhkan penerus yang kreatif, terampil, berteknologi, dan berkebangsaan. Sekarang
lagi zamannya kontrakorupsi. Dengan penerus yang memiliki karakter di atas,
diharapkan dapat membasmi masalah yang mengakar ini. Negara harus mencerminkan
kearifan lokal dalam kesinambungan demokrasi (bahasanya...). Sebenarnya
Indonesia ini adalah salahsatu Negara pengekspor terbesar dalam berbagai
produk. Tetapi sayangnya, produk yang diekspor itu masih mentah sehingga murah.
Di kemudian hari kita diharapkan mengekspor barang jadi agar nilai jualnya
lebih tinggi. Kita harus mengolahnya sebelum dijual.
Pemateri
kedua adalah Wanadri, suatu kelompok pecinta alam. Prestasinya yang paling baru
dan paling wow adalah hiking ke tujuh
gunung di dunia. Salahsatunya Gunung Everest. Kelompok ini punya tujuan yang
mulia. Selain menikmati keindahan alam Indonesia, mereka juga ‘menandai’ apa
yang menjadi milik Indonesia supaya tidak di-klaim oleh Negara lain. Indonesia memiliki
banyak potensi dari alamnya, hanya tinggal memanfaatkannya dengan baik.
Kemudian
paparan ketiga diisi oleh Ibu Tri Mumpuni. Prestasinya jangan ditanya lagi…
sampai dapat penghargaan yang judulnya susah banget ditulisnya jadi itulah
pokoknya udah tingkat dunia lah. Beliau mendapat penghargaan itu di bidang
pengembangan listrik di daerah-daerah yang masih tertinggal. Yang saya tangkap
dari materi yang disampaikan oleh Bu Tri, kita harus berpikir dengan perasaan,
menciptakan empati antarmanusia. Kita dapat memajukan suatu daerah dengan
potensi yang telah dimiliki (mengoptimalkan daya dukung setempat). Pertumbuhan suatu
daerah akan menciptakan perekonomian yang lebih baik. Perlu adanya perubahan paradigma
inversasi (keuangan, teknologi, dan manajemen) untuk memajukan suatu daerah. Kita
diharuskan berpikir untuk orang banyak.
Pembicara
terakhir adalah Bapak Saska alumni ITB sendiri. Saya sampai tidak mencatat
karena terpaku oleh presentasi beliau, sangat menarik. Kita harus berpikir
kreatif. Karena dengan berpikir kreatif kita mampu menciptakan hal yang biasa
menjadi luar biasa. Beliau menceritakan tentang Riset Indie. Riset ini dibentuk
oleh beliau dan beberapa temannya. Tim ini mengusung konsep animaronik. Mereka membuat
robot dengan tenaga, pikiran, dan modal mereka sendiri. Saya juga sangat
tertarik dengan proyek Angkot Day. Acara ini diselenggarakan sebagai usaha agar transportasi
umum diminati kembali sebagai pilihan utama masyarakat. Saya salut dengan
kegigihan beliau dalam melaksanakan mimpi-mimpinya.
***
Acaranya
ditutup dengan tanya jawab oleh mahasiswa dan pemateri. Sebelum pulang kami berkumpul
bersama taplok. Saya bersyukur banyak sekali pelajaran yang saya bawa
pulang dari seminar oskm hari ini J
No comments:
Post a Comment