Adzkia Noerma Arifa ( FITB/16313206 )
Hari ini adalah hari yang besar
buat kami. Pikul 5.50 kami sudah berkumpul di perpustakaan pusat untuk di
mobilisasi menuju lapangan sepak bola sabuga. Sesampainya di lapangan sepak
bola sabiga kami berkumpul sesuai kelompok. Beberapa saat kemudian ada kakak-kakak
berdiri di atas panggung dan ada juga yang menyebar di antara kami. Awalnya
mereka tegas terhadap kami. Menyebutkan bebrapa spek yang seharusnya kami bawa
namun tidak kami bawa. Ternyata mereka adalah kakak-kakak dari LSS. Mereka
mengajak kami untuk senam. Namanya adalah senam diponegoro. Senam penyegaran
dan sekaligus sebagai penghibur untuk kami. Selesai acara itu kami bersiap
untuk acara besar kami yaitu membentuk #untuk indonesia dari susunan
mahasiswa-mahasiswa baru. Waktu yang diberikan hanya satu jam. Para ketua
kelompok dan penanggung jawab segera mengarahkan langkanh kami. Hingga akhirnya
terbuentuk bentuk yang dapat terbaca. Saya menjadi salah satu anggota komponen
huruf “O”. Awalnya memang sedikit sulit untuk membuat bentuknya dan sulit
berkoordinasi namun setelah beberapa saat kami mendapat ritme kerjanya dan
akhirnya dapat membentuk #untuk indonesia yang dapat di baca dari kejauhan.
Sebagai apresiasi kakak-kakak panitia yang diwakili kakak-kakak taplok memberi
perform yel-yel terbaik mereka.
Kemudian setelahnya kami di
mobilisasi menuju sabuga untuk mengikuti seminar. Seminar yang pertama adalah
tentang K3L yaitu keamanan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. Di seminar
ini saya mendapat penjelasan mengenai keamanan, kesehatan, keselamatan,
lingkungan kampus. Seperti tentang aturan naik turun angkot. Setelah K3L acara
selanjutnya adalah defile OHU. Satu persatu rumpun naik ke atas panggung
memperkenalkan singkat tentang unit mereka. ITB memiliki 80 unit yang di bagi
dalam 6 rumpun. Rumpun yang pertama naik ke atas panggung adalah rumpun agama,
kemudian rumpun keilmuan, rumpun pendidikan, rumpun seni dan budaya, rumpun
olah raga, dan satu rumpun yang lainnya. Sedikit perkenalan mengenai berbagai
unit sebagai pengantar OHU pada tanggal 1 September besok. Ketika selesai telah
masuk waktu sholat jumat sehingga para
muslim laki-laki secara teratur segera di mobilisasi keluar disusul oleh para
muslim wanita untuk menjalankan ibadah sekaligus makan siang.
Kemudian kami masuk kembali di
dalam sabuga untuk mengikuti seminar bersama bapak gita wiryawan, menteri
perdagangan RI, pada sesi yang pertama. Pak Gita menyampaikan pidatonya tentang
semangat kemahasiwaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi haruslah tetap
dengan semangat kearifan lokal. Namun masa depan tidak bisa lebih relevan
secara apapun tanpa meningkatkan moral. Ada 3 poin penting untuk mencapai yang
menjadi syaratnya yaitu kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, dan
kekayaan budaya. Selain itu Indonesia juga butuh pemuda yang aktif dan
proaktif. Mahasiswa harus bisa menurunkan angka konsumsi nasional yang dikuasi
produk asing. Terutama dilakukan oleh mahasiswa ITB. Indonesia butuh pemimpin
yang tetap menjaga kearifan lokal dan dapat menjawab tantangan zaman tentang
masalah geopolitik hingga menjawab keinginan masyarakat. Bukan hal yang
gampang, namun optimisme harus tetap
dihidupkan. Begitu paparan beliau bila dirangkum.
Kemudian sesi kedua adalah
seminar dari WANADRI yang diwakili oleh Indra Hidayat. WANADRI adalah
perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung. WANADRI memberikan kepada kami
tentang wawasan cinta tanah air. Bahwa sebenarnya Indonesia adalah negara
bahari yang ditaburi pulau-pulau. Ada sekitar 17.000 pulau di Indonesia. Salah
satu program mereka adalah memberi tanda “milik indonesia” di 92 pulau terluar.
Begitu besar dan kayanya Indonesia dengan beragam kekayaan alam dan budaya yang
berbeda di setiap daerah sehingga kita harus menjaganya. Mereka juga bercerita
tentang perjalanan/ekspedisi ekspedisi yang telah mereka lakukan. Begitu
menggugah dan sangat inspiratif.
Sesi ketiga adalah seminar dengan
pembicara Ibu Tri Mumpuni. Beliau adalah pemberdaya listrik di daerah
terpencil. Pemaparan beliau adalah tentang Integritas dan kompetensi alumni ITB
untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa. Integritas sejatinya berasal dari
pemikiran ( logika ) dan perasaan ( empati ). Sebagai mahasiswa ITB harus bisa
menghubungkan antara keduanya dengan seimbang. Salah satu hal yang bisa dilakukan
adalah dengan kewirausahaan sosial. Yaitu melakukan kegiatan ekonomi yang di
sukainya dengan tetap menjunjung tinggi kemanusiaan dan empati. Caranya adalah
dengan perbaikan pembangunan dengan memeri akses segala bidang kepada semua
kalangan secara merata dan adil. Kemudian juga dengan perubahan paradigma
investasi menjadi investasi yang tetap memperhatikan masyarakat lokal.
Mahasiswa ITB harus bisa memerdekakan anak bangsa. Itulah pesan beliau bila
sedikit dirangkum.
Sesi keempat yang dilakukan setelah
sholat ashar adalah dari RisetIndie dengan diwakili Sdr. Saska sebgai CEO dan
pendiri. Risetindie adalah kolektif penelitian dalam bidang sosial budaya,
teknologi dan media sebagai penyaluran aktivitas disamping pekerjaan utama.
Beberapa proyek mereka adalah Risetindie Polaroid yang mencoba menghidupkan
kembali eksistensi kamera polaroid, Animatronik yaitu teknologi dari tahun
1950an yang digunakan dalam pembuatan tokoh dengan program robotika, dan
Angkotday yaitu program dengan 1 trayek yang aman dan nyaman serta gratis yang
akan dilaksanakan pada tanggal 20 September. Trayek yang dipilih adalah Kalapa
Dago. Beliau sangat mengispirasi saya dan teman-teman tentang gerakan
perubahan. Jangan menunggu perubahan namun lakukanlah perubahan karena siapa
saja dapat melaukan perubahan, begitulah pesan beliau kepada kami.
Setelah itu Maria Selena selaku
moderator memandu sesi tanya jawab. Ada 3 penanyta dan kemudia dijawab. Namun
karena keterbatasan waktu maka sesi seminar harus diakhiri. Dan saat itu telah
menunjukkan pukul 18.25. Kami kemudian dimobilisasi keluar. Bagi yang muslim
diperintahkan untuk menjalani sholat magrib terlebih dahulu. Diluar telah
meninggu kakak-kakak taplok. Kami bergabung dengan mereka dan kembudian
mobilisasi menuju ITB untuk briefing kepulangan.
No comments:
Post a Comment