Pages

Friday, 23 August 2013

Review Materi K3 oleh Amanda D. (FTMD)

Amanda Damayanthi
16913089

Belum seminggu menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung, saya sudah merasakan atmosfer yang unik dari kampus ini. Pada kegiatan Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung 2013 misalnya, kita diperkenalkan pada kearifan lokal. Mencintai budaya sendiri untuk menjadi bangsa yang lebih baik—benar-benar merupakan tema yang tidak biasa untuk orientasi mahasiswa baru, apalagi untuk saat ini: saat di mana kultur asing lebih mendominasi lapisan masyarakat Indonesia. Bagi saya pribadi, saya tertarik sekali dengan fakta bahwa panitia Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung menggunakan nama-nama khas lokal; kata-kata yang bahkan terdengar asing dan sakral di telinga kita. Bagaimana mungkin kita tahu bahwa Bangsa Indonesia memiliki kosakata macam Arga Pancaka, sementara pada zaman ini kita lebih familiar mendengar kata volcanoes versi Cinta Laura?
Hal unik lainnya tentang Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung 2013 adalah bagaimana kami ditempa untuk menyadari peran kami sebagai agen perubahan bangsa. Pada hari Selasa, 20 Agustus 2013, sebelum pembukaan Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, selintas saya melihat spanduk bertuliskan 'YAKIN MAU JADI PEMIMPIN BANGSA?'. Hal yang menarik dari spanduk ini adalah bagaimana kata-kata tersebut menyadarkan saya bahwa saya adalah bagian dari Institut Teknologi Bandung—kampus Ganesha yang akan mengintegrasikan kemajuan bangsa dalam pribadi mahasiswa-mahasiswanya.
Barulah pada tanggal 21 Agustus 2013, kami mendapat materi oleh kakak taplok mengenai karakter mahasiswa yang menjadi basis karakter pemimpin bangsa.

Beginilah kronologi atau review materi pada hari tersebut.
Usai seminar Strategi Sukses di Kampus yang diselenggarakan oleh Lembaga Tahap Persiapan Bersama, kelompok 111 berkumpul di ATM Center. Kakak Taplok menjelaskan pada kami mengenai rencana mobilisasi menuju basecamp. Di basecamp, kami mendapat materi K3. Katanya nih >> mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang menerapkan K3 ketika kuliah. K yang pertama adalah kritis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kri·tis adalah 1) bersifat tidak lekas percaya; 2) bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; 3) tajam dalam penganalisisan. Kritis merupakan suatu karakter senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian dengan teliti dan hati-hati. Dengan kata lain, pribadi yang kritis cenderung mempertanyakan segala sesuatu untuk direfleksikan kembali. Begitu pulalah seharusnya mahasiswa. Mahasiswa tidak boleh menelan informasi yang didengarnya bulat-bulat, namun informasi tersebut perlu ditinjau ulang dari segi urgensi, manfaat, efisiensi, efektivitasnya. Dengan menjadi kritis, kita bisa menenentukan posisi diri kita sendiri di masyarakat, tidak mudah terbawa mainstream ataupun dokrtrin-doktrin yang berkembang sehingga kita dapat memiliki pendirian dan kepribadian yang tangguh. Menurut saya pribadi, kritis merupakan sikap yang penting dimiliki tak hanya oleh mahasiswa namun setiap individu. Apalagi pada zaman seperti ini, di mana perbedaan antara yang benar dan salah dapat dimanipulasi dan dikemas secara apik. Jika kita hanya menerima semua informasi yang kita dapat, bukan tidak mungkin jika pada akhirnya kita hanyalah pribadi seperti 'orang pada umumnya', orang yang mengikuti arus, dan tenggelam bersama pengertian yang batil. Padahal menurut buku Malcolm Gladwell, orang-orang yang sukses menjawab tantangan di dunia global merupakan para Outliers—orang yang berani menjadi 'beda' dibandingkan orang pada umumnya. Contoh-contoh Outliers yang disebutkan Malcolm Gladwell dalam bukunya adalah: Robert Oppenheimer sebagai pemimpin Manhattan Project, Bill Gates sebagai pendiri Microsoft, serta Steve Jobs sebagai juragan Apple. Mereka adalah orang-orang yang kritis karena mempertanyakan teknologi yang ada sehingga terus berinovasi, serta pribadi yang kreatif karena mengaplikasikan inovasi tersebut ke dalam sebuah karya.
Selain sikap kritis, mahasiswa juga perlu menjadi K yang ke-2: Kreatif. Definisi kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; 2) bersifat (mengandung) daya cipta. Orang kreatif adalah orang yang menghasilkan inovasi; orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat hal 'baru' dan 'beda'. Namun, dalam konteks kemahasiswaan, menjadi kreatif tidak hanya berkaitan dengan memproduksi barang melainkan juga dalam pola pikir menyelesaikan permasalahan. Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, kita perlu kreatif dalam mencari solusi. Seperti halnya peribahasa 'banyak jalan menuju Roma', kita juga perlu menyadari bahwa ada banyak jalan untuk menaklukkan suatu masalah. How? Just be creative!

Menjadi kritis dan kreatif memang penting. Keduanya berkesinambungan jika kita ingin sukses sebagai mahasiswa dan pemimpin bangsa di masa datang. Walaupun demikian, terlalu bersikap kritis dapat berakibat statisme dalam perubahan. Jika kita terlalu skeptis terhadap banyak perubahan tanpa berani mengambil tindakan atau, maka yang terjadi adalah kita menghambat proses perubahan itu sendiri. Begitu pula dengan kreatif, menjadi terlalu kreatif dapat menjadikan kita kurang pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Nah, jadi apa yang harus kita lakukan? Jadilah K yang ke-3: konstruktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata konstruktif memiliki definisi 1) bersangkutan dng konstruksi; 2) bersifat membina, memperbaiki, membangun. Menjadi kritis yang konstruktif serta kreatif yang konstruktif akan membawa perubahan yang kita buat ke arah yang lebih baik, karena konstruktif memiliki definisi: apapun yang kita lakukan dititikberatkan pada peningkatan kualitas menjadi sesuatu yang lebih unggul. 

No comments:

Post a Comment