Amanda Damayanthi
16913089
Belum
seminggu menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung, saya sudah merasakan
atmosfer yang unik dari kampus ini. Pada kegiatan Orientasi Studi Keluarga
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung 2013 misalnya, kita diperkenalkan pada
kearifan lokal. Mencintai budaya sendiri untuk menjadi bangsa yang lebih baik—benar-benar
merupakan tema yang tidak biasa untuk orientasi mahasiswa baru, apalagi
untuk saat ini: saat di mana kultur asing lebih mendominasi lapisan masyarakat
Indonesia. Bagi saya pribadi, saya tertarik sekali dengan fakta bahwa panitia Orientasi
Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung menggunakan nama-nama khas
lokal; kata-kata yang bahkan terdengar asing dan sakral di telinga kita.
Bagaimana mungkin kita tahu bahwa Bangsa Indonesia memiliki kosakata macam Arga
Pancaka, sementara pada zaman ini kita lebih familiar mendengar kata volcanoes
versi Cinta Laura?
Hal unik
lainnya tentang Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
2013 adalah bagaimana kami ditempa untuk menyadari peran kami sebagai agen
perubahan bangsa. Pada hari Selasa, 20 Agustus 2013, sebelum pembukaan Orientasi
Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, selintas saya melihat
spanduk bertuliskan 'YAKIN MAU JADI PEMIMPIN BANGSA?'. Hal yang menarik
dari spanduk ini adalah bagaimana kata-kata tersebut menyadarkan saya
bahwa saya adalah bagian dari Institut Teknologi Bandung—kampus Ganesha yang
akan mengintegrasikan kemajuan bangsa dalam pribadi mahasiswa-mahasiswanya.
Barulah
pada tanggal 21 Agustus 2013, kami mendapat materi oleh kakak taplok mengenai
karakter mahasiswa yang menjadi basis karakter pemimpin bangsa.
Beginilah kronologi atau review materi pada hari tersebut.
Usai
seminar Strategi Sukses di Kampus yang diselenggarakan oleh Lembaga Tahap
Persiapan Bersama, kelompok 111 berkumpul di ATM Center. Kakak Taplok
menjelaskan pada kami mengenai rencana mobilisasi menuju basecamp. Di basecamp,
kami mendapat materi K3. Katanya nih >> mahasiswa yang baik adalah
mahasiswa yang menerapkan K3 ketika kuliah. K yang pertama adalah kritis. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kri·tis adalah 1) bersifat tidak lekas percaya; 2) bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; 3) tajam dalam penganalisisan. Kritis
merupakan suatu karakter senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian dengan
teliti dan hati-hati. Dengan kata lain, pribadi yang kritis cenderung
mempertanyakan segala sesuatu untuk direfleksikan kembali. Begitu pulalah
seharusnya mahasiswa. Mahasiswa tidak boleh menelan informasi yang didengarnya
bulat-bulat, namun informasi tersebut perlu ditinjau ulang dari segi urgensi,
manfaat, efisiensi, efektivitasnya. Dengan menjadi kritis, kita bisa
menenentukan posisi diri kita sendiri di masyarakat, tidak mudah terbawa mainstream
ataupun dokrtrin-doktrin yang berkembang sehingga kita dapat memiliki pendirian
dan kepribadian yang tangguh. Menurut saya pribadi, kritis merupakan sikap yang
penting dimiliki tak hanya oleh mahasiswa namun setiap individu. Apalagi pada
zaman seperti ini, di mana perbedaan antara yang benar dan salah dapat
dimanipulasi dan dikemas secara apik. Jika kita hanya menerima semua informasi
yang kita dapat, bukan tidak mungkin jika pada akhirnya kita hanyalah pribadi
seperti 'orang pada umumnya', orang yang mengikuti arus, dan tenggelam bersama
pengertian yang batil. Padahal menurut buku Malcolm Gladwell, orang-orang yang
sukses menjawab tantangan di dunia global merupakan para Outliers—orang
yang berani menjadi 'beda' dibandingkan orang pada umumnya. Contoh-contoh
Outliers yang disebutkan Malcolm Gladwell dalam bukunya adalah: Robert
Oppenheimer sebagai pemimpin Manhattan Project, Bill Gates sebagai pendiri
Microsoft, serta Steve Jobs sebagai juragan Apple. Mereka adalah orang-orang
yang kritis karena mempertanyakan teknologi yang ada sehingga terus berinovasi,
serta pribadi yang kreatif karena mengaplikasikan inovasi tersebut ke dalam
sebuah karya.
Selain
sikap kritis, mahasiswa juga perlu menjadi K yang ke-2: Kreatif. Definisi
kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; 2) bersifat (mengandung) daya cipta. Orang
kreatif adalah orang yang menghasilkan inovasi; orang yang mempunyai kemampuan
untuk membuat hal 'baru' dan 'beda'. Namun, dalam konteks kemahasiswaan,
menjadi kreatif tidak hanya berkaitan dengan memproduksi barang melainkan juga
dalam pola pikir menyelesaikan permasalahan. Dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada, kita perlu kreatif dalam mencari solusi. Seperti halnya peribahasa 'banyak
jalan menuju Roma', kita juga perlu menyadari bahwa ada banyak jalan untuk
menaklukkan suatu masalah. How? Just be creative!
Menjadi
kritis dan kreatif memang penting. Keduanya berkesinambungan jika kita ingin
sukses sebagai mahasiswa dan pemimpin bangsa di masa datang. Walaupun demikian,
terlalu bersikap kritis dapat berakibat statisme dalam perubahan. Jika kita
terlalu skeptis terhadap banyak perubahan tanpa berani mengambil tindakan atau,
maka yang terjadi adalah kita menghambat proses perubahan itu sendiri. Begitu
pula dengan kreatif, menjadi terlalu kreatif dapat menjadikan kita kurang
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Nah, jadi apa yang harus kita
lakukan? Jadilah K yang ke-3: konstruktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata konstruktif memiliki definisi 1)
bersangkutan dng konstruksi; 2) bersifat
membina, memperbaiki, membangun. Menjadi kritis yang konstruktif serta kreatif
yang konstruktif akan membawa perubahan yang kita buat ke arah yang lebih baik,
karena konstruktif memiliki definisi: apapun yang kita lakukan
dititikberatkan pada peningkatan kualitas menjadi sesuatu yang lebih unggul.
No comments:
Post a Comment